Wartagereja-jakarta.com – Toraja, Di hari ketiga kegiatan Pekan Raya Perempuan Gereja (PRPrG) PGI, Sabtu (2/11/2024), menghadirkan Angggota DPRD Provinsi Sulsel Yariana Somalinggi, dan CEO Arborek Dive Shop Gita Anastasya sebagai narasumber untuk berbagi cerita, dalam diskusi bertajuk Perempuan sebagai Motivator dan Penggerak Perubahan: Peran dan Dampak dalam Masyarakat, di Gedung Tammuan Mali, Makale, Toraja.
Angggota DPRD Provinsi Sulsel Yariana Somalinggi, dan CEO Arborek Dive Shop Gita Anastasya, adalah sosok perempuan gereja yang telah mendedikasikan diri bagi pemberdayaan kaumnya, lewat pelayanan mereka masing-masing.
Jauh sebelum terpilih menjadi anggota dewan, Yariana Somalinggi mengaku kerap berbincang-bincang dengan ibu-ibu di sekitar rumahnya. Setelah resmi menjadi wakil rakyat, dia pun terus memberi perhatian terhadap perempuan, tidak hanya lewat program-program pemberdayaan, tetapi juga berbagai peraturan daerah (Perda).
“Saya terpilih kembali karena selalu memberdayakan dan bertemu dengan perempuan-perempuan. Saya ikut musrembang terus tiap tahun, di tiap desa dan kabupaten. Kami sering melaksanakan Jambore PKK hampir setiap tahun, kami latih, mengundang narasumber dari luar, pagelaran kesenian, dan lainnya. Sehingga terkadang ibu-ibu suka tanya kapan lagi acara kita?” ujarnya.
Anggota dewan dari partai Golkar ini melihat, perempuan adalah sosok yang luar biasa, karena dapat melakukan segala sesuatu dalam waktu bersamaan. Sayangnya, cenderung selalu mau berada di zona nyaman. Terkhusus di Toraja, masih minim perempuan yang mau terlibat dalam politik karena menganggap urusan ini hanya bagian laki-laki. Ini menurutnya menjadi salah satu tantangan bagi perempuan. Dukungan lingkungan sekitar, lanjutnya, sangat dibutuhkan oleh perempuan dalam rangka pengembangan diri, serta ketulusan hati.
Sementara itu, Gita Anastasya menuturkan keterlibatannya dalam pemberdayaan perempuan diawali pada 2008, sebagai konsultan independen dan bergerak secara volunteer. “Saya sukarela bergerak dengan beberapa teman-teman. Tahun 2005-2008 saya sudah menginjakkan kaki di suku Badui, saya belajar kesederhanaan, 2009-2010 saya mendirikan rumah singgah. Ketika berjalan saya melihat bahwa kenapa tidak dilanjutkan? Dari situ saya mulai berkecimpung dalam bidang konservasi, fokus ke kelautan,” kisahnya.
Sejak itu Gita berangkat dari pulau ke pulau dan mengembakan target khusus pemberdayaan Perempuan, dan pada 2012 mulai menginjakkan kaki di Raja Ampat. Di tempat ini dia mengajarkan Inggris bagi anak-anak, mengajar dan membantu ibu-ibu, membuat peta wisata, membuat kebun organik di belakang sekolah. Semua dilakukan secara sukarela.
Menurut ibu satu anak ini, perempuan punya banyak potensi yang bisa digali hanya saja harus banyak perempuan memberikan kesempatan kepada perempuan lain, karena cenderung laki-laki hanya memberikan kesempatan kepada laki-laki. “Padahal di dunia ini hanya perempuan yang bisa melakukan banyak hal sekaligus, masak sambil ngangkat telefon sambil gendong anak bersamaan,” tegas Gita.
Sayangnya, dia melihat tantangan terbesar bagi perempuan dalam mengembangkan diri justru datang dari perempuan sendiri. Sebab itu, dukungan dari suami dan keluarga sangat dibutuhkan.
Pakaian India
Di hari ketiga kegiatan PRPrG PGI agak sedikit berbeda, dimana beberapa dari peserta mengenakan pakaian India. Hal ini dilakukan dalam rangka perayaan Asian Church Women’s Conference (ACWC).
TIM PUBLIKASI SR XVIII PGI 2024
Sumber : https://pgi.or.id/perempuan-gereja-penggerak-perubahan-sosial-dalam-masyarakat/
Pewarta: Markus Saragih, Dharma L, Carlla P.