
Wartagereja-jakarta.com – Sragen – Dengan balutan busana tradisional Jawa, berkalungkan samir kehormatan di leher yang melingkar, sosok Pdt. Eko Diyono S.Th tampak begitu anggun dan miyayeni. Seperti seorang mahasiswa yang tengah diwisuda, Pdt. Eko dengan rendah hati diwisuda menerima penghargaan menjadi anggota PERMADANI (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia). Ia seorang pendeta yang tidak hanya dikenal karena sikapnya yang humble, tetapi juga perannya yang luar biasa di jemaat, masyarakat dan lintas agama, khususnya dalam melestarikan Budaya Jawa.
“PERMADANI merupakan organisasi yang menggali, mengangkat, dan mengembangkan kebudayaan daerah. Melalui PERMADANI, kita memperkuat jati diri kebudayaan Nasional Indonesia,” ujar Pdt. Eko, menegaskan visi dan misi organisasi yang telah ia ikuti.
Sebagai anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sragen, Pdt. Eko cukup aktif dalam mewujudkan moderasi beragama di wilayahnya. Dalam setiap kesempatan, ia berusaha menciptakan kerukunan di antara umat beragama, berlandaskan nilai-nilai kebudayaan yang luhur. Baginya, moderasi beragama bukan hanya soal toleransi, tetapi juga soal memahami dan mengapresiasi warisan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dirinya tertarik pada organisasi yang didirikan di Semarang pada 4 Juli 1984 ini, menurutnya dapat menjadi wadah bagi siapa saja yang ingin menghidupkan kembali kebudayaan lokal yang kian terkikis oleh modernitas.
“Saya bergabung dengan PERMADANI karena saya mencintai budaya Jawa. Saya merasa prihatin ketika kebudayaan lokal mulai tergerus, banyak orang Jawa yang kehilangan jati dirinya,” ungkap Pdt. Eko. Ia ingin berkontribusi dalam menjaga dan mengembangkan warisan leluhur yang adi luhung, agar generasi mendatang tetap mengenal dan menghargai kebudayaan yang telah ada sejak ratusan tahun lalu.
Dalam perjalanan bergabung di PERMADANI, Pdt. Eko belajar banyak hal. Mulai dari bahasa, sastra, etika, hingga berbagai upacara adat yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Selama enam bulan mengikuti pelatihan intensif, ia tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga memahami etika yang harus dijunjung tinggi dalam setiap tindakan.
Setiap anggota PERMADANI dituntut untuk memiliki sikap yang selaras dengan Sesanti Tri Niti Yogya, yang mengajarkan tentang pentingnya menciptakan kedamaian, baik lahir maupun batin.
“Tri Rukun adalah prinsip dasar yang harus dijaga oleh setiap anggota. Rukun rasa, rukun bandha, dan rukun bala. Semuanya berperan dalam membangun kebersamaan. Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus menjaga agar kebudayaan yang luhur ini tetap hidup dan berkembang,” lanjut Pdt. Eko.
Bagi Pdt. Eko, keberadaan Gereja Kristen Jawa (GKJ) sangat relevan dengan upaya pelestarian budaya Jawa. Sebagai gereja yang berlatar belakang budaya Jawa, GKJ memiliki peran penting dalam menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan lokal kepada jemaatnya.
“Gereja tidak bisa lepas dari budaya. Dalam konteks kekristenan, kita perlu berkontekstualisasi dengan budaya yang ada di sekitar kita, agar ajaran yang disampaikan dapat diterima dengan cara yang lebih dekat dengan masyarakat,” jelasnya.

Dalam hal ini, GKJ Jatisumo di bawah kepemimpinan Pdt. Eko telah menjadi tempat yang tidak hanya mengajarkan kasih dan iman Kristen, tetapi juga menghormati dan melestarikan budaya Jawa. Melalui Nduduk lan Ndudah supaya Ngrembaka, gereja menjadi tempat yang merayakan kekayaan budaya lokal.
Kini dengan dilantiknya menjadi anggota PERMADANI, Pdt. Eko Diyono bukan hanya sebagai seorang pendeta jemaat, tetapi lebih dari itu. Ia seorang pendeta yang terlibat secara aktif dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, seperti Ketua Badan Kerjasama Umat Kristen Sragen (BKUKS), anggota FKUB Kabupaten Sragen, dan berbagai organisasi kemasyarakan dan keagamaan lainnya.
Dengan segala peran yang ia emban, ia menunjukkan bahwa pelayanan gereja tidak hanya terbatas pada kehidupan rohani, tetapi juga mencakup pengabdian kepada masyarakat dan pelestarian budaya yang menjadi akar dari identitas bangsa. Pdt. Eko Diyono adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin dapat menginspirasi melalui tindakan yang mengedepankan kasih, kebersamaan, dan kecintaan terhadap warisan budaya.
Sebagai anggota PERMADANI, iapun membuktikan bahwa menjaga kebudayaan adalah tanggung jawab bersama, dan melalui gereja, ia berharap dapat terus menyebarkan pesan perdamaian dan keharmonisan antar agama, budaya, dan masyarakat. (sugeng ph/red)