
Dharma Leksana, S.Th., M.Si. - Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Wartagereja-jakarta.com – Jakarta, Memasuki peradaban digital, banyak orang yang gagap, kehilangan arah dan orientasi hidupnya. Banyak orang terpapar berita hoaks (Kabar bohong). Banjir informasi dan serbuan konten dari media internet dan platform media sosial yang menurut Prof. Dr. Ir. Hoga Saragih, MT. bahwa informasi yang beredar 85 persen bersifat hoaks.

Setidaknya 30-60% orang Indonesia terpapar berita hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui media online. Menurut data dari Kemkominfo, sejak Agustus 2018 hingga 30 Juni 2023, terdapat 11.759 isu hoaks yang ditemukan, banyak di antaranya terkait isu politik, kesehatan, dan agama. Sayangnya, hanya 21-36% orang Indonesia yang mampu mengenali berita hoaks.
Siaran Pers No. 02/HM/KOMINFO/01/2024 Pada hari Selasa, 2 Januari 2024 menyatakan Hingga Akhir Tahun 2023, Kominfo Tangani 12.547 Isu Hoaks. Berikut Kutipan Siaran Pers KOMINFO :
Siaran Pers No. 02/HM/KOMINFO/01/2024
Selasa, 2 Januari 2024
Hingga Akhir Tahun 2023, Kominfo Tangani 12.547 Isu Hoaks
Selama Tahun 2023, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menangani sebanyak 1.615 konten isu hoaks yang beredar di website dan platform digital. Total sejak bulan Agustus 2018, sudah 12.547 konten isu hoaks yang telah ditangani Kementerian Kominfo.
Jumlah isu hoaks yang ditangani Tim AIS Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo pada Tahun 2023 lebih banyak dibandingkan tahun 2022 yang ditemukenali sebanyak 1.528 isu hoaks.
Berdasarkan kategori, hingga Desember 2023, isu hoaks paling banyak berkaitan dengan sektor kesehatan. Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan. Isu yang berkaitan dengan penyebaran Covid-19 masih mendominasi dalam kategori ini. Selain itu ada banyak informasi yang menyesatkan berkaitan dengan obat-obatan dan produk kesehatan.
Isu hoaks yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan penipuan juga tercatat paling banyak ditemukan pada urutan kedua. Secara kumulatif, sejak Agustus 2018, Tim AIS Kementerian Kominfo menemukenali masing-masing 2.210 isu hoaks dalam kategori pemerintahan dan penipuan.
Isu hoaks paling banyak merujuk pada akun palsu pejabat pemerintah pusat dan daerah dan lembaga. Selain itu ada beberapa informasi menyesatkan mengenai kebijakan pemerintah terkini. Ada pula isu hoaks penipuan seperti informasi palsu dan menyesatkan mengenai rekrutmen lembaga swasta dan pemerintah, tatan pishing, penipuan dengan nomor ponsel atau akun media sosial, hingga pembagian bantuan sosial yang disertai permintaan data pribadi atau uang sejumlah tertentu.
Sementara itu pada urutan ketiga tertinggi temuan isu hoaks, ada kategori politik. Tim AIS Kementerian Kominfo mengidentifikasi sebanyak 1.628 isu hoaks sejak Agustus 2018. Konten ini didominasi informasi yang berkaitan dengan partai politik, kandidat dan juga proses pemilihan umum.
Tim AIS dibentuk pada Januari 2018 untuk melakukan pengaisan, identifikasi verifikasi dan validasi terhadap seluruh konten yang bertentangan dengan peraturan perundangan. Tim AIS didukung oleh mesin AIS yang bekerja 24 jam, 7 hari seminggu tanpa henti. Secara khusus, Tim AIS melakukan penanganan isu hoaks dan membuat laporan berkala sejak bulan Agustus 2018.
Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks. Pemutusan akses ditujukan agar konten hoaks tidak tersebar luas dan merugikan masyarakat.
Kementerian Kominfo juga mengimbau masyarakat untuk selalu cermat dan waspada atas peredaran isu hoaks. Dan tidak menyebarluaskan konten yang berisi hoaks melalui platform apapun.
Kementerian Kominfo mengimbau warganet yang menerima informasi elektronik yang patut diduga diragukan kebenarannya dapat menyampaikan kepada kanal pengaduan konten melalui email: aduankonten@kominfo.go.id atau akun twitter @aduankonten atau melalui aplikasi pesan instan WhatsApp di nomor 081-1922-4545.
Biro Humas Kementerian Kominfo
e-mail: humas@mail.kominfo.go.id
Telp/Faks : 021-3504024
Twitter @kemkominfo
FB: @kemkominfo
IG: @kemenkominfo
website: www.kominfo.go.id
Kontekstualisasi Teologia Kristen
Teologi kontekstualisasi Kristen adalah ilmu yang mempelajari bagaimana teologi Kristen dapat diterapkan dan dikontekstualisasikan dalam berbagai konteks budaya, sosial, dan historis. Ilmu ini berfokus pada bagaimana teologi Kristen dapat diartikulasikan dan dihidupkan dalam cara yang relevan dan kontekstual dengan kehidupan orang-orang dalam berbagai konteks.
Teologi kontekstualisasi Kristen mencakup beberapa aspek, seperti:
1. Kontekstualisasi teologi: Mempelajari bagaimana teologi Kristen dapat diterapkan dalam konteks budaya, sosial, dan historis yang berbeda-beda.
2. Teologi inkulturatif: Mempelajari bagaimana teologi Kristen dapat diintegrasikan dengan budaya dan tradisi lokal.
3. Teologi liberatif: Mempelajari bagaimana teologi Kristen dapat digunakan untuk membebaskan orang-orang dari ketidakadilan dan penindasan.
4. Teologi postkolonial: Mempelajari bagaimana teologi Kristen dapat diterapkan dalam konteks postkolonial dan bagaimana teologi Kristen dapat digunakan untuk memahami dan mengatasi dampak kolonialisme.
Dengan demikian, teologi kontekstualisasi Kristen adalah ilmu yang berfokus pada bagaimana teologi Kristen dapat diartikulasikan dan dihidupkan dalam cara yang relevan dan kontekstual dengan kehidupan orang-orang dalam berbagai konteks.

TEOLOGIA DIGITAL
Dalam upaya memahami kontekstualisasi di era digital, penulis ingin menyampaikan sebuah upaya berteologia yang sesuai dengan konteksnya, yaitu TEOLOGIA DIGITAL yang dapat kita diskusikan dengan lebih jauh.
Teologi digital adalah bidang studi yang mempelajari hubungan antara teologi Kristen dan teknologi digital. Teologi digital mencoba untuk memahami bagaimana teknologi digital mempengaruhi pemahaman kita tentang Allah, diri kita sendiri, dan dunia sekitar.
Berikut beberapa aspek yang dipelajari dalam teologi digital:
1. Hubungan antara Allah dan teknologi: Bagaimana teknologi digital mempengaruhi pemahaman kita tentang Allah dan hubungan kita dengan-Nya?
2. Identitas diri dalam era digital: Bagaimana teknologi digital mempengaruhi pemahaman kita tentang diri kita sendiri dan identitas kita?
3. Etika digital: Bagaimana kita harus berperilaku dalam dunia digital, dan apa yang merupakan perilaku yang etis dalam penggunaan teknologi digital?
4. Misiologi digital: Bagaimana kita dapat menggunakan teknologi digital untuk menyebarkan Injil dan membangun komunitas Kristen?
5. Teologi digital dan kebudayaan: Bagaimana teknologi digital mempengaruhi kebudayaan dan bagaimana kita dapat menggunakan teknologi digital untuk memahami dan menghormati kebudayaan lain.
Teologi digital juga diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
– Apakah teknologi digital dapat membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah?
– Bagaimana kita dapat menggunakan teknologi digital untuk membangun komunitas Kristen yang lebih kuat?
– Apakah teknologi digital dapat membantu kita untuk lebih memahami dan menghormati kebudayaan lain?
Dalam menjelaskan teologi digital, kita juga perlu mempertimbangkan beberapa konsep seperti:
– Digital natives: Orang-orang yang lahir dan dibesarkan dalam era digital.
– Digital immigrants: Orang-orang yang lahir sebelum era digital, tetapi kemudian beradaptasi dengan teknologi digital.
– Cybertheology: Studi tentang hubungan antara teologi dan teknologi digital.
– Digital spirituality: Studi tentang bagaimana teknologi digital mempengaruhi spiritualitas kita.
Dengan demikian, teologi digital adalah bidang studi yang luas dan kompleks, yang mencoba untuk memahami hubungan antara teologi Kristen dan teknologi digital.
Apakah teknologi digital dapat membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah? bagaimana caranya ?
Teknologi digital dapat membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah jika digunakan dengan cara yang tepat.

Berikut beberapa cara teknologi digital dapat membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah:
Membantu dalam Pembelajaran dan Pemahaman Alkitab
1. Aplikasi Alkitab: Aplikasi seperti YouVersion, Bible Gateway, dan Olive Tree memungkinkan kita untuk membaca, mempelajari, dan membagikan Alkitab dengan mudah.
2. Sumber Daya Online: Situs web seperti Desiring God, The Gospel Coalition, dan Christianity Today menawarkan artikel, podcast, dan video yang membantu kita memahami Alkitab dan mengembangkan iman kita.
Membantu dalam Doa dan Refleksi
1. Aplikasi Doa: Aplikasi seperti PrayerMate, Echo, dan Prayer Journal memungkinkan kita untuk membuat daftar doa, mengatur pengingat, dan memantau kemajuan doa kita.
2. Meditasi dan Refleksi: Aplikasi seperti Headspace, Calm, dan Abide menawarkan panduan meditasi dan refleksi yang membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah.
Membantu dalam Komunitas dan Koneksi
1. Media Sosial: Platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang lain yang memiliki iman yang sama.
2. Komunitas Online: Situs web seperti Reddit (r/Christianity), Discord (server Kristen), dan forum online lainnya memungkinkan kita untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mendapatkan dukungan dari orang-orang lain.
Membantu dalam Misi dan Pelayanan
1. Misi Online: Organisasi seperti Cru, InterVarsity, dan Gospel Coalition menawarkan kesempatan untuk terlibat dalam misi online dan membagikan Injil dengan orang-orang lain.
2. Pelayanan Digital: Situs web seperti pwgi.org, wartagereja.co.id, beritaoikoumene.com, Open Doors, Compassion International, dan World Vision memungkinkan kita untuk mendukung pelayanan dan misi di seluruh dunia.
Namun, perlu diingat bahwa teknologi digital hanya merupakan alat, dan tidak dapat menggantikan hubungan pribadi dengan Allah. Kita harus tetap berhati-hati dalam menggunakan teknologi digital dan memastikan bahwa kita tidak kehilangan fokus pada hubungan kita dengan Allah.
Penulis :

Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
- Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
- Pendiri dari beberapa media online nasional dan media warta gereja
- Aktifis Pers dan Wartawan Senior